Main » 2008 » November » 23 » Pelacuran via Friendster dan Situs Internet Kian Marak
Pelacuran via Friendster dan Situs Internet Kian Marak
5:45 PM
Pelacuran via internet kini menjadi trend bisnis prostitusi. Tak
sedikit yang menjajakan dirinya dengan mendompleng situs pertemanan
Friendster tanpa ada yang mengkoordinir, yang jumlahnya makin hari
makin bertambah.
Di situs Friendster saja, kami melacak jumlahnya ada puluhan dan
mungkin juga ratusan, itupun khusus yang Indonesia saja dan tepatnya
lokasinya Jabotabek.
Banyak juga yang dikelola oleh seorang germo. Para pelacur muda kini
bukan hanya dipajang di etalase, tapi juga lewat cyber sex yang
dikelola mucikari.
Contohnya, bisnis prostitusi dunia maya atau cyber sex yang dikelola
mucikari, dibongkar aparat Satuan Unit Cyber Crime Dirkrimsus Polda
Metro Jaya senin lalu (17/11). Albert Timothius, 27, sang germo yang
mengelola website dengan nama domain www.wanita18theclub.com dicomot polisi.
Tiga cewek asuhan Albert yang dijajakan via internet diamankan petugas
dari Hotel As di kawasan Mangga Besar, Jakbar, namun setelah dimintai
keterangan ketiganya dipulangkan. “Mereka hanya diperiksa sebagai
saksi,” jelas Direktur Krimsus Polda Metro Jaya, Kombes Pol Raja
Erisman, Selasa (18/11).
Cewek-cewek yang ditawarkan Albert berusia 18 hingga 20 tahun. Dia
merekrut para pelacur juga lewat dunia maya, melalui chatting dengan
cewek-cewek yang senang internet. Dari chatting inilah lalu Albert
mulai memilih mana yang bisa dijadikan pelacur.
Pelacur yang bergabung dengan Albert ada sekitar 30 orang, foto-foto
mereka dipasang secara bergantian. Di layar situs itu terpampang 10
cewek berpenampilan seronok, masing-masing diberi kode sesuai dengan
tarifnya. Beda wajah, beda usia beda pula tarifnya. Usia dan paras
cantik, apalagi berstatus mahasiswi tarifnya lebih tinggi. Rata-rata
pelacur asuhan Albert adalah wanita lokal.
Tarifnya, paling murah Rp800 ribu ada juga yang mencapai Rp1,6 juta
untuk tiga jam kencan. Harga itu diluar biaya hotel yang ditanggung
sendiri oleh pengguna. Dari tarif itu pelacur mendapat 60 persen dari
pembayaran, 40 persen untuk germo. Umumnya pengguna ‘jasa’ anak buah
Albert adalah orang-orang berduit.
DAFTAR SEBAGAI MEMBER
Untuk memboking pelacur anak buah Albert, tak sembarangan. Peminat
harus mendaftar menjadi member dengan mengisi ‘formulir’ di situs yang
disediakan, lengkap dengan biodata dan nomor telepon yang bisa
dihubungi, serta kode cewek yang dipesan.
“Setelah data dikirim lewat email, konsumen akan dihubungi,” kata Kasat Cyber Crime, AKBP Tomy Watiliu.
Pelacur yang dipesan akan diantar oleh anak buah Albert ke tempat yang
ditunjuk oleh lelaki yang memesannya, biasanya di Hotel As. Transaksi
langsung terjadi, uang diberikan kepada germo, si pelacur langsung
dibawa oleh pemesannya.
Albert membuka situs tersebut sejak tahun 2005, namun dia baru
mengelolanya menjadi situs pelacuran mulai tahun 2007. Tersangka
mengaku sejak dulu sering ke kawasan Mangga Besar namun belum pernah
menjadi mucikari.
Untuk menangkap Albert polisi membutuhkaan waktu tiga bulan karena
keberadaanya tak di satu tempat, namun kemana-mana selalu membawa
laptop untuk korespondensi dengan kliennya. “Tiga kali kami melakukan
transaksi, kali yang ke empat baru berhasil,” ungkap Tomy Watiliu.
Albert akhirnya bisa dibekuk di Hotel As, saat akan menyerahkan cewek
asuhannya ke pemesan. ia dijerat dengan pasal 296 dan 50 KUHP tentang
prostitusi dengan hukuman maksimal dua tahun penjara.
Menurut Raja Erisman, pihaknya kini masih menyelidiki situs lainnya
yang menjadi ajang pelacuran di dunia maya. Dia mengakui situs internet
yang dijadikan mucikari untuk menawarkan pelacur bisa jadi jumlahnya
ratusan, namun identitas pemiliknya lebih banyak palsu sehingga sulit
dilacak.